Halal Bihalal AAS Community dan Reses Andi Amar Ma’ruf Sulaiman Warnai Suasana Hangat di Watampone


KODEINDONESIA,BONE – Suasana hangat dan penuh keakraban menyelimuti salah satu homestay di Jalan Macan, Kelurahan Watampone, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, pada Senin, 14 April 2025. Ratusan orang dari berbagai penjuru Bone berkumpul dalam agenda silaturahmi bertajuk Halal Bihalal Keluarga Besar AAS Community, yang dirangkaikan dengan kegiatan Reses Masa Sidang 2024–2025 anggota DPR RI, Andi Amar Ma’ruf Sulaiman, SE, B.BusMan, MH.

Sejumlah tokoh penting turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain Ketua Komisi II DPRD Bone, Andi Muh. Idris Alang; Pj. Sekda Bone, A. Saharuddin, SSTP., M.Si; serta Ketua KTNA Provinsi Sulsel, yang juga Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Bone, H. Sucipto.

Acara ini menjadi momen istimewa, tidak hanya karena nuansa kebersamaan pasca-Lebaran, namun juga karena menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi langsung kepada wakilnya di Senayan.
“Kurang lebih 200 orang hadir dari seluruh penjuru Bone. Aspirasi mereka sangat sederhana dan hampir semuanya satu suara: perbaiki jalan,” ujar H. Sucipto, disambut anggukan para undangan.

Ketua Komisi II DPRD Bone, Andi Muh. Idris Alang, berharap agar Andi Amar terus membawa perhatian pusat ke daerah, khususnya dalam hal infrastruktur dan pertanian.

“Saya bangga, beliau ini muda dan mudah didekati. Titip Bone: perbaiki jalan, keruk sungai di Cenrana yang kerap menyebabkan banjir, dan pastikan hasil panen petani kita bisa terserap maksimal oleh Bulog,” tegas Idris.

Sementara itu, Pj. Sekda Bone, A. Saharuddin, menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan kepedulian Andi Amar.

“Ini bukti nyata bahwa beliau tidak melupakan Bone. Kehadirannya menunjukkan komitmen untuk menjembatani harapan masyarakat daerah ke pemerintah pusat,” ucap Saharuddin. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat agar program dari pusat hingga daerah bisa berjalan efektif.

Meski sempat datang terlambat karena agenda yang padat, Andi Amar tetap meluangkan waktu untuk menyapa satu per satu undangan yang hadir. Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat Bone.

Ia mengangkat isu efisiensi anggaran dan kesejahteraan petani sebagai topik utama. Menurutnya, meski anggaran tampak dipangkas, namun tujuan utama dari efisiensi adalah untuk meningkatkan efektivitas.

“Hasil kajian menunjukkan bahwa hanya sekitar 70 persen anggaran yang digunakan secara efektif. Sisanya, 30 persen, hilang karena korupsi, penyalahgunaan wewenang, atau program tak berdampak. Ini yang harus kita hilangkan,” jelas Amar.

Ia juga menyoroti persoalan klasik sektor pertanian, terutama menyangkut keterbatasan anggaran Bulog dalam menyerap beras petani. Tahun lalu, Bulog hanya mendapat Rp31 triliun untuk seluruh Indonesia.

“Itu bukan hanya untuk Bone, tapi untuk se-Indonesia. Akibatnya, banyak hasil panen petani kita yang tidak terserap maksimal,” terangnya.

Andi Amar memaparkan rencana pembangunan pabrik beras di Bone yang masih terkendala karena petani lebih memilih menjual hasil panen ke daerah lain seperti Sidrap yang menawarkan harga lebih tinggi.

“Petani tidak salah. Tapi kalau kita mau pabrik lokal jalan, harus ada komitmen. Supaya uang berputar di Bone, bukan ke luar daerah,” tegasnya.

Ia mengingatkan pentingnya sinergi antara petani, pengusaha, dan pemerintah agar keberadaan pabrik tidak hanya simbolis, tetapi benar-benar memberikan dampak ekonomi bagi daerah.

“Jangan sampai karena beda harga Rp100 saja, pabrik di Bone tutup. Nanti kita malah beli beras mahal dari luar. Ruginya kita sendiri,” tambahnya.

Pada sesi tanya jawab, Andi Amar juga menyinggung soal anjloknya harga jagung yang belum sepenuhnya bisa diatasi karena keterbatasan anggaran.

“Pemerintah tetapkan harga Rp5.500 per kg, tapi di lapangan petani menjual jauh di bawah itu. Karena Bulog kehabisan anggaran, pengepul yang ambil alih, dan mereka tentu beli semurah mungkin,” ujarnya.

Di akhir pertemuan, Andi Amar menyerukan kesadaran kolektif untuk membangun sistem ekonomi lokal yang kuat.

“Kalau ada pengusaha mau bangun pabrik di Bone, ayo kita dukung. Petani juga harus siap menjual ke situ. Supaya uang kita berputar di sini,” tandasnya.

Acara ditutup dengan suasana penuh kekeluargaan, menegaskan bahwa dialog antara rakyat dan wakilnya tetap penting sebagai pondasi pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan. (*)
Komentar

Berita Terkini